Jumat, 14 November 2014

Analisis Artikel Tentang Konsumsi, Konsumen, Konsumtif, dan Konsumerisme dalam Perilaku Konsumen









 Analisis : 

Dari artikel diatas dapat disimpulkan bahwa konsumsi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang ataupun jasa dalam memenuhi kebutuhannya. Konsumsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor eknomi (pendapatan, kekayaan, tingkat bunga, dan perkiraan masa depan), faktor demografi (komposisi penduduk, dan jumlah penduduk), dan faktor lainnya (kebiasaan adat istiadat dan gaya hidup). Orang yang mengkonsumsi disebut sebagai konsumen. Konsumen merupakan orang yang memakai barang yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan individu keluarga, orang lain. Sedangkan orang yang mengkonsumsi barang dan jasa secara berlebihan disebut sebagai konsumtif. Perilaku konsumtif merupakan perilaku individu yang dilakukan oleh seorang konsumen ditunjukan untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan tidak terencana terhadap barang ataupun jasa yang tidak diperlukan. Ada beberapa aspek yang mempengaruhi perilaku konsumtif yaitu aspek pembeli impulsif, aspek pembelian tidak irasional dan aspek pembelian boros atau berlebihan. Perilaku konsumtif dapat terjadi karena ada pembeli yang ingin tampak berbeda dari yang lain dan pembeli yang ikut-ikutan atau meniru orang lain. Masyarakat yang berperilaku konsumtif kebanyakan dari kaum wanita, karena wanita selalu membeli barang yang tidak terlalu dibutuhkan oleh dirinya sehingga menimbulkan sifat yang berlebihan di dalam mengkonsumsi suatu barang. Konsumerisme merupakan paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok melakukan proses konsumsi atau pemakaian barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Cara menghindari konsumerisme yaitu harus mengendalikan diri dan membelanjakan uang yang benar-benar dibutuhkan oleh kita, dan jangan mudah terpengaruh oleh orang lain, seperti rayuan atau bujukan dari orang lain.

Referensi :
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/10/konsep-konsumsikonsumenkonsumtif-dan-konsumerisme/#

Rabu, 08 Oktober 2014

PERILAKU KONSUMEN


A.      Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen atau disebut juga dengan customer behavior merupakan kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang atau jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.

Di dalam perilaku konsumen terdapat dua elemen penting yaitu proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik, yang semua ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, dan mempergunakan barang atau jasa secara ekonomis.

B.       Manfaat Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen sangat perlu dipelajari karena mempunyai manfaat sebagai berikut :
·         Membantu para manajer dalam pengambilan keputusan.
·         Memberikan pengetahuan kepada para peneliti pemasaran dengan dasar pengetahuan analisis konsumen.
·         Membantu legislator dan regulator dalam menciptakan hukum dan pertauran yang berkaitan dengan pembelian dan penjualan barang dan jasa.
·         Membantu konsumen dalam pembuatan keputusan pembelian yang lebih baik.

C.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen terdiri dari dua faktor yaitu :

·         Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor dari luar lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara lain :
a.       Kebudayaan
Secara definitif kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Mempelajari perilaku konsumen adalah mempelajari perilaku manusia, sehingga perilaku konsumen juga ditentukan oleh kebudayaan yang tercermin pada cara hidup, kebiasaan, dan tradisi dalam permintaan akan bermacam-macam barang dan jasa. Jadi perilaku konsumen sangat ditentukan oleh kebudayaan yang melingkupinya, dan pengaruhnya akan selalu berubah setiap waktu sesuai dengan kemajuan atau perkembangan zaman dan masyarakat itu.

b.      Kelas Sosial
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen yang bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun secara hierarkhi dan yang keanggotaannya mempunyai nilai minat dan perilaku yang sama (Philip Kotler, 1993:225). Kelas sosial mempunyai beberapa karakteristik antara lain :
1)      Orang-orang dalam setiap kelas sosial cenderung mempunyai perilau yang serupa dibanding orang-orang yang berasal dari dua kelas sosial yang berbeda.
2)      Seseorang dipandang mempunyai pekerjaan yang rendah atau tinggi sesuai dengan kelas sosialnya.
3)      Kelas sosial seseorang dinyatakan dengan beberapa variabel seperti jabatan, pendapatan, kekayaan, pendidikan dan orientasi terhadap nilai daripada hanya berdasarkan sebuah variabel.
4)      Seseorang mampu berpindah dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya, naik atau turun selama hidupnya.
Dengan memahami perilaku konsumen antar masing-masing kelas sosial maka perusahaan dapat menyelenggarakan dan melaksanakan program-program pemasaran yang efektif dan efisisien.

c.       Keluarga
Keluarga digunakan untuk menggambarkan berbagai macam bentuk rumah tangga. Macam-macam bentuk keluarga antara lain :
1)      Keluarga Inti (Nuclear Family)
2)      Keluarga Besar (Extended Family)
Setiap anggota keluarga memiliki selera dan keinginan yang berbeda. Oleh karena itu perusahaan dalam mengidentifikasikan perilaku konsumen harus mengetahui siapa perlu, pengambil insiatif, pembeli atau siapa yang mempengaruhi keputusan untuk membeli dengan mengetahui peranan dari masing-masing anggota keluarga, maka perusahaan dapat menyusun program-program pemasaran dengan lebih baik dan terarah.

d.      Kelompok Referensi dan Kelompok Sosial
1)      Kelompok Referensi
Kelompok referensi adalah kelompok yang menjadi ukuran seseorang untuk membentuk kepribadian perilakunya. Orang pada umumnya sangat dipengaruhi oleh kelompok referensi mereka dengan tiga cara pertama, kelompok referensi pada seseorang perilaku dan gaya dan konsep jati diri seseorang karena orang tersebut ingin menyesuaikan diri yang dapat mempengaruhi pilihan produk dan merek seseorang (Philip Kotler, 1993 : 228). Dalam hal ini maka manajer pemasaran perlu mengetahui siapa pelopor opini dan suatu kelompok bersangkutan, guna menentuan program pemasaran.

2)      Kelompok Sosial
Semenjak manusia dilahirkan sudah mempunyai hasrat atau keinginan pokok yaitu :
a)      Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya (masyarakat).
b)      Keinginan untuk menjadi satu dengan alam sekelilingnya.
Suatu kelompok tidak merupakan kelompok yang statis, akan tetapi selalu berkembang, dan akan mengalami perubahan-perubahan dalam aktivitas maupun bentuknya. Perkembangan dan perubahan suatu kelompok sosial dan memengaruhi individu-individu dalam suatu kelompok dalam berperilaku.

·         Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara lain :
a.       Motivasi
Perilaku seseorang dimulai dengan adanya suatu motif yang menggerakkan individu dalam mencapai suatu tujuan. Secara definisi motivasi adalah suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan (Basu Swastha DH dan T. Hani Handoko, 1997 : 76). Para ahli psikologis telah mengembangkan teori-teori motivasi manusia. Tiga dari teori-teori tersebut yang terkenal yaitu :
1)      Teori Motivasi Freud
2)      Teori Motivasi Maslow
3)      Teori Motivasi Herzberg

b.      Persepsi
Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan dan mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini (Philip Kotler, 1993 : 240). Pada pemasar perlu bekerja keras untuk memikat perhatian konsumen agar pesan yang disampaikan dapat mengenai sasaran.

c.       Belajar
Belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman (Philip Kotler, 1993 : 241). Perubahan perilaku tersebut bersifat tetap dan fleksibel. Hasil belajar ini akan memberikan tanggapan tertentu. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara manusia yang dasarnhya bersifat individual dengan lingkungan khusus tertentu. Perubahan perilaku sesesorang terjual melalui keadaan saling memengaruhi antara dorongan, rangsangan, petunjuk-petunjuuk penting jawaban, faktor penguat dan tanggapan. Proses belajar pada suatu pembelian terjadi apabila konsumen ingin menanggapi dan memperoleh suatu kepuasan, atau sebaliknya tidak terjadi apabila konsumen merasaka dikecewakan oleh produk yang kurang baik.

d.      Kepribadian dan Konsep Diri
1)      Kepribadian
Kepribadian adalah pola sifat individu yang dapat menentukan tanggapan untuk bertingkah laku. Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap dan ciri-ciri sifat dan watak yang khusus yang menentukan perbedaan perilaku dari tiap-tiap individu, dan yang berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain.
2)      Konsep Diri
Konsep diri memengaruhi perilaku konsumen didalam pembelian. Konsep diri merupakan implikasi yang sangat luas dalam proses pembelian konsumen, maka dapat digunakan dalam menentukan segmentasi pasar, periklanan, pembungkusan, personal selling, pengembangan produk dan distribusi.

e.       Kepercayaan dan Sikap
1)      Kepercayaan
Kepercayaan adalah suatu pikiran deskriptif yang dianut seseorang mengenai sesuatu (Philip Kotler, 1993 : 242). Kepercayaan ini merupakan citra produk dan merek. Orang bertindak atas kepercayaannya jika sebagian dari kepercayaan ini salah dan menghambat pembelian, maka produsen akan melakukan kampanye untuk bantah kepercayaan ini.
2)      Sikap
Sikap menggambarkan penilaian kognitif yang baik maupun tidak baik, perasaan-perasaan emosional dan kecenderungan berbuat yang bertahan selama waktu tertentu terhadap beberapa objek atau gagasan (Philip Kotler, 1992 : 203). Sikap merupakan merek dalam suatu kerangka perpikir, menyukai atau tidak menyukai terhadap suatu objek yang sama.

D.      Model-model Perilaku Konsumen

Model-model perilaku konsumen antara lain :
a.       Model Howard Sneth
Model ini dipakai untuk membantu dalam menerangkan dan memahami perilaku konsumen meskipun tidak dapat meramalkannya secara tepat, agar suatu input tertentu bisa menghasilkan suatu output tertentu pula, maka diperlukan adanya informasi dan proses pengambilan keputusan yang melibatkan motivasi, persepsi dan proses belajar seseorang.

b.      Model Engle, Kollat dan Blekwell
Model ini dikembangkan untuk faktor-faktor yang memengaruhi perilaku konsumen yang menyebabkan terjadinya keputusan pembelian. Tahap dasar dari proses pembelian ini adalah motivasi, pengamatan dan proses belajar. Kemudian diteruskan dari kepribadian, sikap dan perubahan sikap yang bekerja bersama pengaruh dari aspek sosial dan aspek kebudayaan.

c.       Model Nicosia
Model ini didasarkan pada teknik gambar aliran proses komputer dengan umpan baliknya. Ada empat komponen dasar perilaku konsumen yaitu :
·         Bidang satu merupakan aliran misi dari perusahaan yang diterima dan dicerna oleh konsumen.
·         Bidang dua pencarian data dan penilaiannya.
·         Bidang tiga merupakan perubahan bentuk yang mungkin terjadi dari motivasi kegiatan untuk membeli.
·         Bidang empat adalah kegiatan konsumen untuk menyimpan dan mempergunakan produk tersebut.

d.      Model Andreasen
Model ini menjelaskan seluruh proses dari rangsangan-rangsangan sampai dengan hasilnya yang berupa perilaku dan semuanya terkandung dalam siklus pemrosesan informasi, yang terdiri dari empat tahap, yaitu input berupa rangsangan, pengamatan dan penyaringan, perubahan-perubahan sifat, serta macam hasil yang mungkin terjadi. Manajemen pemasaran dapat menggunakan model ini untuk menyesuaikan program pemasaran dengan strategi segmentasi pasar dan diferensiasi produk.

e.       Model Gawson
Model ini menitikberatkan pada pentingnya perilaku pengambilan keputusan untuk membeli dari keseluruhan perilaku konsumen. Persepsi subjektivitas dan hubungan antar bidang dipengaruhi oleh faktor-faktor kualitatif yang menentukan keputusan untuk membeli dari konsumen.

f.       Model Hierarki Kebutuhan
Maslow mengembangkan suatu sikap hierarki yang menunjukkan adanya lima tingkatan keinginan dan kebutuhan, dimana kebutuhan yang lebih tinggi akan mendorong seseorang untuk mendapatkan kepuasan atas kebutuhan tersebut, setelah kebutuhan yang lebih rendah (sebelumnya) telah dipuaskan.

g.      Model Markov
Model ini menekankan pada perilaku pemilihan merek suatu produk dan menyebutkan bahwa hanya pemilihan merek pada pembelian terakhir yang memengaruhi pemilihan merek pembelian sekarang.

h.      Model Perilaku Pembeli Industri
Proses pembelian industri jauh lebih kompleks dari pada keputusan membeli yang dibuat oleh konsumen. Titik berat dari model ini adalah pada proses pengambilan keputusan bersama. Biasanya terdapat sejumlah individu dalam perusahaan yang ikut mengambil bagian untuk menentukan keputusan membeli. Selain itu, pentingnya faktor teknis pada barang industri juga menambah kompleksitas proses pembeliannya. Dengan adanya dua faktor tersebut (banyaknya individu yang terlibat dan faktor teknis barang industri) menyebabkan semakin lama keputusan membeli itu diambil.

Berdasarkan uraian diatas maka motif utama pembuatan model perilaku konsumen adalah memahami proses keputusan tersebut. Manajer harus mempunyai posisi yang baik untuk memberikan informasi yang tepat kepada individu. Adanya model-model tersebut sangat membantu untuk mengarahkan kegiatan pemasaran agar dapat melayani konsumen dengan baik.


Referensi :
Sunyoto, Danang. Konsep Dasar Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Yogyakarta : CAPS. 2012

Jumat, 27 Juni 2014

Tulisan IV "Persamaan dan Perbedaan Strategi Politik Nasional Pada Masa Orde Baru dan Reformasi"

Persamaan dan Perbedaan Strategi Politik Nasional Pada Masa Orde Baru dan Reformasi


Politik nasional adalah suatu kebijakan umum dan pengambilan kebijakan untuk mencapai suatu cita-cita dan tujuan nasional bangsa. Sedangkan strategi nasional adalah cara melaksanakan politik nasional dalam upaya mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh politik nasional. Dapat dikatakan bahwa strategi nasional disusun untuk mendukung terwujudnya politik nasional.
Polstranas disusun dengan memahami pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam sistem manajemen nasional yang berdasarkan ideologi Pancasila, UUD 1945, Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.

Landasan pemikiran dalam manajemen nasional dipergunakan sebagai kerangka acuan dalam penyusunan politik strategi nasional, karena di dalamnya terkandung dasar negara, cita-cita nasional dan konsep strategi bangsa Indonesia. Proses penyusunan politik strategi nasional merupakan sasaran yang akan dicapai oleh segenap rakyat Indonesia.

Penyelenggara negara harus mengambil langkah-langkah pembinaan terhadap seluruh lapisan masyarakat dengan mencantumkan sasaran polstranas pada masing-masing bidang. Dalam era ini masyarakat memiliki peranan yang sangat besar dalam pengawasan politik strategi nasional yang dibuat dan dilaksanakan oleh segenap penyelenggara negara, guna mewujudkan tujuan luhur negara yang telah ditetapkan sebelumnya pada pembukaan UUD 1945.
Sebelum tahun 2004 Presiden merupakan mandataris MPR.

Dipilih dan diangkat oleh MPR, serta menjadikan GBHN yang dibuat dan ditetapkan oleh MPR sebagai acuan bagi politik dan strategi nasional. Kebijakan ini kemudian ditiadakan setelah diadakanya pemilihan langsung oleh rakyat terhadap Presiden dan Wakil Presiden pada tahun 2004. GBHN yang sebelumnya dipergunakan sebagai acuan penyusunan Polstranas kemudian digantikan oleh pidato visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden yang disampaikan pada saat sidang MPR, pidato visi dan misi ini diperdengarkan setelah Presiden dan Wakil Presiden secara resmi dilantik, diambil sumpah dan janjinya. Menjadi kewajiban mutlak bagi Presiden dan Wakil Presiden terpilih untuk memenuhi janji yang sebelumnya ia sampaikan kepada masyarakat. Janji-janji ini lah yang mereka gunakan sebagai dasar penyusunan visi dan misi (politik dan strategi nasional) dalam tujuannya untuk membangunan bangsa dan negara selama satu periode pemerintahan.

Apabila dalam berjalannya proses pemerintahan tidak sesuai dengan apa yang sebelumnya mereka janjikan, masyarakat dapat mempertanyakan hal ini kepada pemerintah dan wujud pertanggungjawaban terakhir adalah mundurnya Presiden dan Wakil Presiden dari kursi Kepresidenan. Eksekutif negara menjadikan visi dan misi Presiden sebagai acuan dalam proses penyusunan polstranas. Strategi nasional dilaksanakan oleh para manteri dan pimpinan lembaga-lembaga negara setingkat menteri dengan arahan langsung dari Presiden. Polstranas hasil penyusunan Presiden harus memuat tujuan-tujuan negara yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupa bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Mulainya pemerintahan era orde baru diawali ketika presiden Soeharto diangkat menjadi Presiden oleh MPRS pada tahun 1966 dan diakhiri ketika presiden soeharto dilengserkan pada tahun 1998. Pada 32 tahun kekuasaannya, presiden Soeharto menggunakan Garis-garis besar haluan negara(GBHN) sebagai acuan politik dan strategi nasional yang sebelumnya telah disusun oleh MPR.

GBHN ini menekankan pada program rencana pembangunan lima tahun yang terbagi menjadi 4 tahap yaitu :
1)      Repelita I (1969 – 1974) bertujuan memenuhi kebutuhan dasar dan infrastruktur dengan penekanan pada bidang pertanian.
2)      Repelita II (1974 – 1979) bertujuan meningkatkan pembangunan di pulau-pulau selain Jawa, Bali dan Madura, di antaranya melalui transmigrasi.
3)      Repelita III (1979 – 1984) menekankan bidang industri padat karya untuk meningkatkan ekspor.
4)      Repelita IV (1984 – 1989) bertujuan menciptakan lapangan kerja baru dan industri.
5)      Repelita V (1989 – 1994) menekankan bidang transportasi, komunikasi dan pendidikan.

Sebagian besar anggota MPR pada masa itu adalah orang-orang pilihan Soeharto sehingga dapat dipastikan bahwa polstranas pada saat itu adalah polstranas pesanan Soeharto. Pemerintahan yang dipimpinnya memang sukses dalam memajukan ekonomi makro, namun ekonomi mikro sangat lemah. Pembangunan cenderung berpusat di pemerintahan pusat. Pada tahun 1998-1999 Presiden B. J. Habibie merupakan tokoh yang membawa perubahan bagi bangsa Indonesia menuju era reformasi. Dalam pemerintahan yang dijalankannya, tonggak reformasi tertanam dengan baik sehingga tidak ada perubahan pun berlangsung lancar.

Lalu tahun 1999-2001 Abdurrahman Wahid, kemudian tahun 2001-2004 menjabat Megawati Soekarno Putri sebagai Presiden Republik Indonesia. Masa-masa ini merupakan masa euphoria reformasi. Indonesia seperti dilahirkan kembali, menjadi sebuah bangsa yang terbebas dari berbagai macam ketidakadilan pemerintah. Reformasi didengungkan di segala bidang. Selama kurang lebih enam tahun masa reformasi ini polstranas Indonesia masih mengacu kepada GBHN yang dibuat dan ditetapkan oleh MPR. Pada kurun waktu ini bangsa Indonesia mengalami perubahan hampir di seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Merupakan masa-masa transisi dari orde baru milik Soeharto menuju pemerintahan yang demokratis di seluruh aspek kehidupan.

Terpilihnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan umum secara langsung tahun 2004 menandai pula perubahan dalam perumusan polstranas. Pada masa ini polstranas disusun berdasarkan visi dan misi langsung Presiden dalam pidato kenegaraan di hadapan segenap anggota MPR, DPR dan anggota lembaga tinggi negara lainnya. Visi dan misi inilah yang dipergunakan sebagai politik strategi nasional dalam menjalankan pemerintahan dan melaksanakan pembangunan selama lima tahun. Sampai pada akhirnya terpilih kembali pada tahun 2009.

Meskipun pada saat ini polstranas tidak disusun langsung oleh MPR, lembaga ini tidak bisa lepas tangan terhadap realisasi politik dan strategi nasional berdasarkan visi dan misi Presiden. MPR dan DPR adalah pengawal segala kebijakan yang berkaitan dengan hajat hidup masyarakat. Mengaspirasikan kepentingan masyarakat. Membuat undang-undang yang bertujuan mensejahterakan masyarakat luas, dan menjaga kestabilan pemerintahan. Antara eksekutif, legislatif dan yudikatif tidak dapat berdiri sendiri. Ketiga unsur ini diharapkan mampu bekerjasama dalam kaitannya dengan mewujudkan tujuan negara Indonesia.